Di
era informasi digital seperti sekarang ini, para pelaku ekonomi creative berlomba-lomba
menyajikan content-content yang bermanfaat sesuai standard mereka
masing-masing.
Manfaat sesuai standard itu bisa jadi:
- Bermanfaat sebagai mesin dan pohon uang, di mana content yang dibuat dapat berbuah cuan alias money, money, money dengan memanfaatkan emosi pemirsa atau pembacanya
- Bermanfaat bagi orang lain, pembuat content ingin contentnya menyajikan informasi, meberikan inspirasi untuk pemirsa atau pembacanya
- Bermanfaat sebagai alat marketing, di mana content tersebut adalah content yang fungsinya persuasi agar orang tertarik terhadap product yang direview di dalam contentnya. Hal ini bisa memberikan manfaat bagi pembuat content dan juga produsen products.
Whatsoever, apapun manfaatnya
setidaknya kita tidak lupa akan pentingnya memiliki SIMPATI dan EMPATI. Adakah
Simpati dan Empati ini pada diri kita? Mari kita renungkan.
Sympathy dan Empathy
tidak selalu tentang penderitaan orang lain, akan tetapi juga tentang
masalah-masalah lain. Tentang apa yang kita katakan, informasikan, komentarkan,
apakah semua itu sudah lolos dari dua hal tersebut? Jika sudah, maka kita tidak
akan memberikan informasi yang salah kepada orang lain. Oleh karena itu,
tidak jarang kalau kita menemui orang-orang yang menolak campaign satu product atau
jasa yang menurutnya dapat melukai banyak orang. Bahkan, ada beberapa artis tidak mau mengambil job iklan satu produsen suatu kosmetik gara-gara product itu melakukan experiment terhadap binatang dalam proses pembuatannya.
Hanya catatan singkat dari pembicaraan dengan suami kemarin sore,
karena ujung dari pembicaraan kami tentang menerima job review, membuat content
yang bagaimana yang idealnya boleh kuterima. Karena semua kembali pada tujuan awal
aku ngeblog. Dan ini juga awalnya, akhir dari pembahasan tentang Youtuber yang
nge-prank Driver Ojol. Siapapun yang nge-prank, siapapun yang di-prank aku ga
pernah suka. Aku suka bercanda tapi, itu tadi, sensor dengan Sympathy dan
Empathy kalau lolos okay, kalau tidak ya hentikan!
Bahkan,
aku pernah menghukum anakku gara-gara dia arahnya nge-prank ayahnya. Ya,
nge-prank nya anak usia 4tahun gimana, sih? Tapi, aku katakan pada dia kalau
aku tahu dia bercanda, ingin membuat kami tertawa, aku apresiasi apa yang dia
lakukan, akan tetapi dengan berbohong seperti itu menjadi tidak lucu.
Alhamdulillah, sekarang sudah tidak pernah lagi. Dan dia juga tidak kehilangan
selerah humornya. Karena aslinya, kami semua memang sama-sama senang bercanda
dan memiliki sense of humor lumayan tinggi, kok.
Kadang saya juga agak bingung, er, saya punya empati dan simpati nga ya.
ReplyDeleteKadang ada sih, karena perasaan-perasaan yang dibagi oleh orang, kadang bisa bikin saya emosi, kesel, seneng, sedih, ngakak, dll :D
Hahaha......simpati sih biasanya setiap orang ada dan sifatnya spontan.
DeleteCuma kadang yang bedain kadarnya saja...
Saya kepingin menjadi orang baik dan peka terhadap segala hal. Baik sisi manusia maupun teknis
ReplyDeleteDuh....sama, saya pun demikian.
DeleteKarena menjadi orang baik itu enak.
Sekecil apapun meski hanya sekecil debu, dua hal tersebut wajib dimiliki oleh semua manusia, syukur kalau terus di asah hati kita agar empati dan simpati menjadi dominan dalam setiap langkah kita.
ReplyDeleteBetul, Mang...semoga kita semua selalu memiliki empathy dan sympathy dalam diri kita ya...
Delete