Ibuku
adalah seorang wanita yang lahir dari keluarga cukup berada sebenarnya, namun
karena kekurang pintaran orang tuanya dalam mengelola, sehingga kini berada
pada level biasa saja. Tidak berlebihan tapi tidak pula kekurangan.
Walaupun
lahir dari keluarga cukup berada, entah kenapa Ibuku tidak merasakan kelimpahan
materi tersebut. Hanya sekolah sampai kelas 4 SD dan menikah di usia 14tahun.
Lebih tepatnya dipaksa menikah dengan lelaki yang usianya 10tahun di atasnya,
yang tidak lain adalah Papaku. Dua tahun sempat renggang karena Ibuku tidak
setuju dengan pernikahan tersebut, namun di usia 16 tahun lahir Kakakku. So far, Papa adalah lelaki hebat dan merupakan "FAMILY MAN" yang pada akhirnya membuatku berpikir kalau menikah harus dengan lelaki seperti Papa.
Sedih
rasanya, saat Ibuku bilang “Dulu, saat aku muda……”
Kakakku
bilang:
“Kapan Bunda pernah muda, usia 16tahun sudah punya anak aku”
Kami
tertawa, miris.
Dalam
pernikahannya, Ibuku mengalami banyak permasalahan terutama perihal materi.
Karena sampai memiliki anak dua pun ternyata Ibuku mendapatkan perlakukan tidak
adil dari Ibunya, entah kenapa merasa dibedakan saja dari saudara-saudaranya
yang lain. Bahkan, saat selepas melahirkan anak keduanya, yaitu aku, Ibuku
pernah hanya makan dengan bawang goreng. Menangis? Tentu, aku menangis
menceritakan ini ulang walaupun kami sepakat untuk memaafkan semua masa lalu
buruk itu.
Di
usianya yang ke-27 Bunda memiliki 3 anak. Adikku lahir di tahun 1990. Jadi, tahun ini ibuku berusia 57tahun.
Kembali
mengingat, masa saat aku masih usia belasan tahun sepulang bermain di rumah
nenek pasti aku pulang dengan air mata karena mendengarkan nenekku menjelek-jelekkan
Ibuku pada Tanteku. Aku mendengar semua percakapan mereka tanpa sepengetahuannya.
Saat itu, Ibuku bilang:
Saat itu, Ibuku bilang:
“Kamu tahu bagaimana ibumu ini diperlakukan, bersakit hatilah,
jadikan ini motivasi agar kamu jadi manusia yang berhasil”
Aku
tahu, saat mengatakan itu pasti Ibuku menjerit sedih di dalam hatinya tapi
tidak mau menunjukkannya di depanku. Karena beliau selalu bilang “Anak
Bunda itu ga cengeng, kuat”. Dan, aku mungkin tidak akan pernah sekuat
Bunda. Meski Bunda tidak pernah mengajariku dendam, tapi saat itu aku termotivasi untuk menjadi sukses sebagai balas dendam. Alhamdulillah, sekarang aku berusaha menjadi baik bukan untuk dendam tapi mengangkat derajat dan martabat orang tua. Hanya itu.
![]() |
Mumpung di Malang, kami piknik di Pantai Lintas Selatan sesuai request Bunda. |
Tapi,
Ibuku bukanlah seorang malaikat. Dia tetap manusia yang menyimpan sedih, sakit
dan memiliki harapan-harapan Indah juga merasakan kecewa. Sekitar dua tahun
lalu, dia mengalami depresi ringan yang membuat aku harus bolak balik datang
Bali – Malang setiap bulan untuk menemaninya dalam proses pengobatan. Entah,
setiap kali ingatanku ke peristiwa itu ada rasa nyeri di dalam hati. Sedih
sekali.
Antara kecewa karena aku ga mampu berbuat apa-apa dan menyesal karena
selama ini berpikir dia seorang kuat dan tidak bisa sakit. Di saat dia
benar-benar sakit, baru aku merasakan betapa selama ini apa yang aku lakukan
dan aku anggap “usaha menjadi baik” itu sangat jauh dari kata baik.
Depresi
ringan yang dideritanya, memang bukan semata disebabkan oleh satu hal. Itu
hanya pemicu, melainkan masa lalunya. Namun, Alhamdulillah memang ALLAH itu selalu menyimpan makna dari
segala peristiwa. Berawal dari itu, pelan-pelan ibuku mulai belajar
memaafkan.
Sekarang,
Ibuku yang kusapa “Bunda” Alhamdulillah sehat. Aku selalu berusaha membuatnya
bahagia walaupun mungkin usahaku jauh dari kata sempurnah, atau jauh dari
harapan aku terus berusaha dan berusaha. Karena aku tahu, sebesar apapun
usahaku ga akan sebanding dengan yang beliau lakukan.
Ibuku
bukanlah malaikat, namun orang yang cerdas. Meskipun, tidak lulus SD tapi Bunda
selalu nyambung jika kami ajak diskusi tentang bisnis kami, tentang parenting
pertumbuhan anak-anak kami walaupun di era yang berbeda dengan era-nya. Beliau
adalah pembelajar yang patut menjadi inspirasi karena tidak mau terbelengguh
dalam jenjang pendidikan dalam belajar. Beliau memiliki pemikiran yang modern tentang perempuan yang harus berkarya dan dalam hidup kita harus bisa membuat perubahan walau kecil dengan memulainya dari diri kita sendiri.
Tentu
saja, terkadang dia masih berpikiran kuno dalam beberapa hal akan tetapi, semua
itu tidak menutupi kekaguman kami akan beliau karena teman-teman sekolahku dulu
banyak yang iri dengan aku yang memiliki Ibu selalu nyambung diajak berdiskusi.
I Love You, Bunda. Setiap kata
baikmu kuanggap doa dan menjadikanku sekarang.
Heeem......itu bunda ku...
ReplyDeleteTrus, Bundaku yg mana?
DeleteApa jangan2 kita saudara? :D
Setiap keluarga mempunyai kisah sendiri-sendiri, baik senang ataupun susah, bisa juga senang dan susah. Alhamdulillah ibunya masih sehat.
ReplyDeleteIya, Mas.
DeleteAlhamdulillah Bunda dalam keadaan sehat sampai sekarang.
Alhamdulilah semuanya terlewati, ya walaupun pengalaman masa lalu yang menyakitkan kadang juga ga bisa langsung lenyap begitu saja, yang penting mb sudah sesering mungkin perhatian ke beliau yang di masa tuanya seperti layaknya ortu kebanyakan membutuhkan perhatian anak cucu
ReplyDeleteE tapi hampir samaan ding umur ibu dikau dengan ibuku, ibuku kelahiran 64 tapi beliau nikah umur 22, punya anak jarak berdekatan hanya jarak setahun yaitu aku dan kakakku yang udah kayak anak kembar
Kadang aku mikir, ibu ibu kita dulupun mestinya sama kayak kita ngalamin pertama kali jadi orang tua trus dikomen ini itu juga sama kerabat dekat, dan kadang ada perasaan seperti disalahkan sehingga menghasilkan perasaan feeling lonely. Tapi hebatnya mereka (generasi baby boomer) banyak yang bertumbuh menjadi pribadi yang matang, supel, luwes, pokoknya kalau aku amati emang beda dg jaman generasi kita anak2nya yang udah memasuki pula ke fase ibu2 hehehe
Hahaha
DeleteOrang-orang jaman dulu emang keren-keren, strong dan hebat Mbak.
Bahkan bisa punya anak banyak. Mungkin itu yang harus kita pelajari dari mereka, ya....
ibu nya hebat mba.
ReplyDeletesemoga selalu diberi kesehatan untuk ibu dan keluarga ya mba.. Amiinn..
Aamiin, Aamiin YaRabbalalaamin.
DeleteMakasi, Mbak.
Doa yang sama tercurahkan buat Mbak dan Keluarga.
Semoga bundanya selalu sehat dan bahagia yaaa..
ReplyDeleteJujur, kadang saya menyesali, mengapa saya nggak menikah lebih cepat saja?
Kan lumayan, anak udah gede, sayanya masih produktif.
Dasar mamak-mamak suka mendikte Allah hahaha.
Semua memang ada hikmahnya ya, apapun itu, rencana Allah tidak pernah salah :)
Aamiin, YaRabbal alaamin.
DeleteDoa yang sama buat Mbak dan keluarga ya...