Begitu
menikah kita sudah otomatis (seharusnya) membentuk sebuah keluarga. Keluarga
inti terdiri dari suami, istri dan anak. Dan ada yang namanya extended family yaitu keluarga dari istri atau suami. Pada teorinya, kehidupan berkeluargasepertinya sangat gampang namun pada prakteknya, banyak sekali hal-hal yang
membuat salah satu pihak merasa kurang atau bahkan tidak puas.
Namun,
jika bicara tentang kepuasan maka kita akan terbentur pada fitrah manusia yang
memang tidak pernah merasa puas, hahaha.
Saling Menghormati
Saling menghormati
menjadi point penting di dalam sebuah keluarga, entah di lingkup terkecil atau
lingkup terbesar. Hormat di sini bukan hanya perkara sopan santun, akan tetapi
lebih pada bisa saling menghargai sehingga di hati masing-masing tumbuh adanya
empati.
Kita
harus mampu berdiri di atas kaki mereka di saat kita akan melakukan atau
mengatakan sesuatu, bagaimana jika aku di posisi dia? Dengan mempu menumbuhkan
rasa empati ini insyaallah maka saling hormat menghotmati akan terjada.
Hal
ini juga mencakup dalam urusan mengurus rumah tangga, mendidik anak dan atau
kewajiban-kewajiban lainnya. Meskipun suami adalah kepala keluarga namun, tidak
boleh memposisikan sebagai raja yang harus selalu dilayani. Sebaliknya,
meskipun suami memperlakukan sang istri bagai ratu tak seharusnya istri seenaknya sendiri
memperlakukan suami. Harus tetap hormat. Di dalam sebuah keluarga tidak boleh
ada rasa “superior” dan “inferior” kedudukan sama.
Suami dan Istri
Faham Tugas Masing-Masing
Dari
awal menikah aku dan suami saling belajar memahami masing-masing, karena kami
benar-benar dua pribadi yang berbeda. Dari hal terkecil seperti makanan
kesukaan saja kami sudah tidak sama. Dari situ, karena kami belajar menghormati
“favorit” kami tersebut maka kami
tidak mau saling memaksa. Suami tidak pernah memaksa buat dimasakin Rendang dan Gulai Jengkol kesukaannya. Hanya, pernah juga menyindir sambal
bercanda, hahaha.
Aku
pun, meskipun suami tak pernah menuntut buat beberes rumah, masak dan mencuci,
dengan senang hati walau kadang sebel juga kalau mereka (anak dan suami) udah
kaya artis saja gonta-ganti baju akan mengerjakannya.
Suamiku
pernah bilang soalnya, kalau tugas suami itu menyediakan sandang, pangan dan
papan buat istrinya.
- Sandang; Kalau pun tidak selalu membelikan baju baru, suami harus mencucikan baju istrinya.
- Pangan; memberikan makanan artinya termasuk memasak
- Papan; kalau suami tak bisa belikan rumah minimal dia harus siapkan tempat tinggal yang bersih dan nyaman
Nah,
meskipun suamiku sudah berkata demikian aku gak serta merta ngelonjak. Kami
saling ngerti saja. Kadang suami masak, mencuci kalau perlu atau paling jelek
bantu jemur baju, beberes juga, paling jelek ya buang sampah, bersihin bak
mandi. Suamiku juga ga pernah minta dilayani, seperti ambil makan dan minum
kopi. Pernah kucoba bikini kopi setiap pagi, dia bilang jangan. Kadang saja
kalau lagi ingin dia minta, seringnya bikin sendiri, hahaha.
![]() |
Zafa Belanja Bulanan Dengan Ayahnya |
Intinya
kami ga ada yang merasa superior atau inferior. Kami adalah dua pribadi berbeda
yang disatukan oleh Tuhan dan berproses menjadi manusia yang baik bersama-sama.
Tidak
jarang kami saling diskusi tentang agama, anak, keluarga atau sampai
issue-issue terkini dalam keseharian. Pendapat
kami kadang juga berbeda. Tapi, setiap pendapat memang memiliki dasar yang
berbeda. Sehingga kami mendapatkan insight baru tentang suatu hal.
Kami tidak setuju
dengan pembatasan pekerjaan dalam rumah tangga, sebagai contoh; pekerjaan A, B
dan C adalah pekerjaan seorang perempuan jadi kami cukup tahu diri saja mana
yang seharusnya kami kerjakan sesuai porsi kami. Karena pengelompokan peran
dalam keluarga ini menurut kami hanya menciptakan GAP salah satu anggota
keluarga dalam mengambil peran di dalamnya.
Di sini kami berbicara tentang
kami. Sehingga kami memiliki porsi dalam pembagian tanggung jawab yang sama dalam mengurus dan bertanggung
jawab terhadap keluarga kami.
Sayangi Keluarga
Pasangan
Karena
aku hidup berdekatan dengan keluarga suami ya otomatis aku harus bisa membawah
diri. Budaya keluarga suami yang berbeda dengan keluargaku bukan berarti
membuatku manyun-manyun dan menutup diri.
![]() |
Foto Bersama dengan Kakak dan Adikku beserta keluarga kecil mereka saat berlibur ke Jatim Park 3 tahun lalu. |
Di awal sih pasti banyak selisih
faham, namun dari situ kami belajar saling memahami dan berbenah diri dan hal
itu kami lakukan sampai sekarang. Sehingga kami bisa mendewasakan cara berpikir
kami menghadapi keluarga kami masing-masing. Karena pendewasaan diri itu
proses, jadi belajar terus kami lakukan. Tua itu pasti, tapi dewasa itu belum tentu, hahaha.
Kalau
versi kawan-kawan, bagaimana hidup berkeluarga itu?
Nasib terbaik adalah jatuh cinta dan menikahi orang yang kita sayangi. Tapi kita tahu, kadang yang tertulis di hati tidak selalu sama dengan yang tertulis di buku nikah.
ReplyDeleteBeberapa orang memilih untuk menikahi orang lain ketimbang orang yang dia cintai, bukan karena tak mampu, tapi itu adalah hal paling masuk akal yang bisa dilakukan.
Beberapa bersedia melajang seumur hidup, karena tahu, lebih baik mati sendiri daripada mengkhianati yang benar-benar dicintai. Tapi hidup bukan soal berkeluarga atau menikahi orang yang kita sukai bukan? Kadang tidak menikah adalah upaya mencintai diri sendiri.
Nikah tetap jadi pilihan yang lebih baik....kalau sampe lulus sarjana sekian tahun lalu. mang AZ masih menjomblo....itu mah bukan pilihan, tapi takdir mang.... Wahahahaaaa..... Kabuuurrr
Deletewah shering yangbagus mbak bisa buat saya belajar kedepannyasaat saya mempunyai keluarga nantik hehe
ReplyDeleteNice post! Terimakasih ya mbak sudah berbagi pengalaman :)
ReplyDeleteSaya bacanya jadi terbawa suasana, aliasa jadi baper.
ReplyDeleteEnak dan bersukurlah bagi yang punya keluarga rukun dan tercukupi
Kalau nanti saya bangun tidur, inginnya selalu ada kopi disamping, jadi pas melek sudah ada kopinya. Kayak di tipi tipi itulah.
Wahahaaa.... Ngayal dulu aja mang, sebelum ngayal di UU kan oleh DPR
DeleteMakasih kak untuk sharing ilmunya, semoga berkah dan bermanfaat bagi pembacanya.
ReplyDeleteTeori buat sebuah Rumah Tangga hanyalah dapat dijadikan sebuah pegangan semata, karena dalam perjalanannya, sedemikian kita telah mengikuti jalur yang benar, pun tetap saja ujian dari segala penjuru akan datang pada waktunya... (#pengalamanseh)
ReplyDeletebodo amat :v
Delete