Orang Terkaya Di Dunia - Aku tidak tahu apakah semua orang dalam hidupnya pernah merasa ada
dalam episode paling buruk padahal sebenarnya tidak demikian. Episode itu
biasanya terjadi karena keadaan kita sedang kecewa dan bertemu satu kegagalan
sebab apa yang kita inginkan tidak bertemu dengan ekpektasi kita.
Untukku, aku pernah
mengalaminya. Aku anggap manusiawi karena aku memang hanya manusia biasa.
Namun, aku tidak mau terlalu lama terpuruk di dalamnya.
Selalu kuingat apa
kata ustad bahwasannya dalam kondisi seperti itu biasanya terjadi karena rasa
syukur kita sedang kendor, kencangkan lagi.
Tapi, saat menulis
ini alhamdulillah aku sedang dalam episode "Keep it Faith" alias aku
sedang yakin akan adanya Allah. Aku yakin setiap apa yang aku citakan dan patri
dalam hatiku akan diijabah-NYA. Seperti halnya impian lain yang sudah duluan
menjadi nyata.
Dan, menonton video
wawancara Bill Gates tentang Siapa Orang Yang Lebih Kaya Darinya, ini membuatku
semakin merasa aku harus lebih yakin lagi akan ketentuan Allah. Bahwasannya,
saat memberi, berbuat baik kita tidak usah berpikir akan balasannya dan
menunggu mampu. Because that what’s make beautiful you. Jangan terlalu
berhitung atas kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan dalam hidup. Karena
sebenarnya sebenarnya, saat kita berbuat baik itu bukan untuk orang lain
melainkan diri kita sendiri.
Bahkan dalam Islam
pun kita selalu diberi tahu kalau kita berbagi tidak akan kehilangan akan
tetapi malah akan dilipat gandakan, dan sesungguhnya ALLAH itu Maha menepati
janji-Nya.
Dengan segala
keterbatasan kita saat inipun, kita bisa berbuat baik dengan cara kita.
Memulainya adalah dari hal-hal kecil di sekeliling kita.
Aku masih ingat akan sebuah pengalaman, saat itu aku masih kelas 1 SD atau mungkin bahkan belum sekolah karena aku tidak sekolah TK. Ada seorang lelaki tua memanggul dua dipan kayu yang sepertinya berat melintas di depan rumah, aku memanggil Bundaku dan memintanya untuk mengajak si Bapak mampir. Bukan untuk membeli karena kami sudah punya dipan kuat dan kualitas lebih bagus pastinya sebab itu entah warisan turun temurun dari generasi berapa. Bundaku tak mampu membeli baru. Aku meminta Bundaku membuatkannya kopi dan memberinya makan. Alhamdulillah, Bundaku menuruti apa mauku tanpa adu argument seperti biasanya.
Saat si Bapak makan dan minum kopi, dia bercengekramah dengan Bunda sedang aku? Aku asyik main lagi. Aku tidak faham dengan obrolan mereka.
Setelah kenyang, si Bapak undur diri. Dia mengelus kepalaku sambal bilang terima kasih. Aku hanya melihat wajah penuh syukur itu melintas pergi dengan dua dipan yang dipanggulnya.
Lalu, saat si Bapak
sudah pergi, Bunda berkata “Kamu tidak tahu kalau sebenarnya Bapak
itu lebih kaya dari kita. Tapi, Bunda senang kamu peduli” ucap Bunda.
Dan sampai sekarang,
Bunda sering mengatakan kalau sebenarnya “Kaya miskin itu memang dari pikiran
kita, kadang mereka yang secara materi berlebih
merasa susah dan sayang buat berbagi dengan saudaranya yang lain. Tapi,
sebaliknya ada orang yang sebenarnya tidak begitu berlebihan dalam hal materi,
oleh karena di hatinya penuh syukur maka dia pun tidak sayang untuk berbagi.
Maka, sesungguhnya, jenis orang kedua itu lebih kaya”
Tidak ada maksud
menggurui, ini hanya catatan pengingat kala bertemu galau kelak meskipun aku
pasti berdoa jangan sampai menggalau.
Ah, tulisan bagus yang penuh hikmah. Saya setuju sekali kaya dan miskin bukan hanya sekedar seberapa banyak yang kita miliki tapi seberapa banyak yang kita bagi.
ReplyDeleteIya, Mbak.
DeleteIni sebagai pengingat diri juga.
Terima kasih appresiasinya yaa :)
Salam,
Tulisan yang menginspirasi. Semoga kita bisa menjadi lebih baik
ReplyDeleteAamiin, aamiin YaRabbal Alaaamin
DeleteKaya adalah, saat kita bisa bermanfaat bagi orang lain.
ReplyDeleteApalah gunanya banyak harta tapi buat diri sendiri saja, buat orang lain nggak bisa :)
Sepakat, Mbak :)
Delete