Sejatinya
Pujian adalah kata-kata positive tentang seseoarang yang diungkapkan dengan
jujur dan tulus. Dan seharusnya, hal tersebut membuat orang yang
mendengarkannya merasa tersanjung dan juga termotivasi untuk melakukan ssesuatu
lebih baik. Itu idealnya.
Namun, dampak dari pujian terkadang
berakibat buruk juga. Beberapa orang yang memang membutuhkan pujian cenderung
suka memamerkan sesuatu, prestasi atau hal positive lain di dalam dirinya.
Pamer, ini ada dua niatan pertama benar-benar pamer dan kedua pamer terselubung
dengan niatan ingin memberikan inspirasi, menyindir dan niatan lainnya.
Menjadi racun atau madu, sebuah
pujian tergantung bagaimana kita menyikapinya. Perlu kebijaksanaan. Begitu pula
dengan caci maki. Kedua hal ini adalah
hal ini Puji dan caci adalah dua hal yang memiliki dua sisi yaitu positive dan
negative hanya tinggal kita saja bagaimana menyikapinya.
Kalau untuk aku, caci maki dan hinaan
akan selalu kujadikan motivasi untuk maju dan menjadi lebih baik. Karena mereka
bisa menghina dan mencaciku artinya mereka menemukan kelemahanku dan itu yang
harus kuperbaiki. Mereka yang mencaci ini sejatinya sangat baik dan perhatian
lho sama kita. Walaupun, ya…. mengingatkan ada banyak cara yang baik sehingga
tidak perlu menyakiti.
Lalu bagaimana dengan pujian? Nah,
pujian ini yang cenderung berbahaya malahan kalau ke aku. Karena dengan background
masa lalauku yang sering kena bully dan caci maki, dikucilkan, pujian bisa saja
membuatku terlena jika terus menerus didapatkan. Oleh karena itu aku tidak suka
show off tentang suatu prestasi, kebaikan, dan lain-lain. Kalaupun mungkin
orang bilang, oh ya pernah? Nah, itu biasanya hanya bertujuan memberikan update
atas kegiatanku. Kalau soal anak, hanya menunjukkan kelucuan dan keluguannya.
Namun, ya…. memang pujian orang sekarang tak bisa membuatku terlena akan tetapi
ingin terus meningkatkan kualitas diri.
Jadi, bukan berarti aku anti cerita
bahagianya diriku karena mendapatkan kemenangan ini, achieve ini dan itu. Bukan
itu….akan tetapi tetap aku lakukan buat ungkapin bahagia, akan tetapi biasanya
aku berhati-hari dalam menyusun kata terutama di media social. Karena
salah-salah bisa dianggap pamer, riya’ dan mengharapkan pujian.
Bagi kita yang melihat suatu
keburukan pun tak selayaknya mencaci atau hina orang, kalau ingin membenarkan
kita bisa benarkan dengan cara yang baik dan tidak menyinggung. Aku percaya
semua orang sedang belajar dan berproses menjadi baik. Karene mencaci atau
menghina itu bukan bagian dari kita. Kalau pun ingin membahas, bahaslah secara
tertutup dan cari kesalahannya lalu jalan keluar untuk perbaikan. Sekali lagi,
kita belum tentu lebih baik dari orang lain.
Hinaan dan Pujian bisa jadi menjad PROSA YANG MEMBUNUH.
Membunuh secara fisik? YES! Membunuh secara kreatifitas? BISA JADI!
Intinya jangan sampai kita jadi pembunuh.
Kalau pun melihat suatu kebaikan,
berikan pujian sewajarnya agar si orang tersbeut terhindar dari sifat sombong.
Karena kesombongan seseorang bisa jadi kita yang memancing lho……Dan, itu
menjadi salah kita juga hehehe.
Ya…kalau dipikir-pikir sebagai
manusia ini kita emang jangan kebanayakan bicara jika tidak penting ya?
Hehehehe. Kalau hobby bicara apa mending ambil profesi jadi penyiar radio, MC,
pembicara gitu ya? Atau buat jualan! Hahahha. Aku sih, moody. Kadang suka
bicara namun ga semua hal aku ingin bicarakan dan komentari.
Paragraph di atas opini kasar doang,
abaikan deh ya…hehehe.
Kalau nasehat suami sih begini “Jangan
suka campurin urusan orang kalau kita ga banyak membantu. Jangan Komentar
terhadap apa yang kita ga tahu ilmunya biar ga blunder”. Ya, karena aku
istri yang baik insyaallah aku inget terus itu nasehatnya, hehehe.
Have a great day kawan…..
No comments:
Post a comment
Hai Sahabat,
Terima kasih sudah berkenan datang dan membaca.
Cheers dan Banyak Cinta dari Bali!!
XoXo