DEPRESI ITU BUKAN GILA. Kenapa aku harus CAPSLOCK pernyataan ini? Karena
beberapa orang di luar sana beranggapan bahwasannya orang yang depresi ini
mengalami gangguan kejiwaan dan gila. Gangguan kejiwaan? Iya, benar. Tapi beda
dengan gila. Sebagian besar orang depresi tahu yang mereka alami hanya saja
mereka tidak tahu harus melakukan apa. Bagi yang sadar mereka akan segera
mencari pertolongan.
Yang mesti kita tahu sih, semua
orang punya potensi depresi. Kenapa aku bisa bilang begini? Karena aku dulu
pernah mengalami yang namanya depresi. Aku merasa sendirian, menangis tidak
jelas saat sendiri, pokoknya merasa sendirian saja. Aku pun tidak tahu harus
bercerita pada siapa padahal saast itu aku pun sudah menikah. Bahkan, beberapa
kali aku pernah mengalami depresi.
Penyembuhan yang kulakukan? Mendekatkan diri pada sang Pencipta dan
Menulis. Karena mungkin tingkat depresiku masih ringan dan aku kebetulan
menemukan caraku menyembuhkannya tanpa aku sadari, maka Alhamdulillah aku
sampai sekarang benaran bahagia. Tidak seperti dulu, saat-saat depresi,
tersenyum, tertawa hanya berusaha menyembunyikan perasaan tapi saat sendiri aku
menangsi sesenggukan.
Kenapa aku bisa mengalami
depresi? Saat masih remaja, depresi aku alami karena lingkungan. Aku menjadi
korban bullying keluargaku sendiri sampai aku hendak bunuh diri. Tapi, entahlah...ALLAH
itu sayang banget sama aku. Aku menemukan cara menyembuhkan rasa sakit dan
tidak berharga dengan mengaji dan mengaji setiap aku merasa sendirian.
Sedang, masa depresi kedua aku
alami saat aku awal-awal menikah. Aku menikah tanpa mengenal baik keluarga
suami, kami beda adat dan budaya. Aku dibesarkan di keluarga yang hangat (meski
saat kecil dan remaja aku sempat mengalami bullying tapi mungkin karena
keluargaku hangat dan penuh cinta juga makanya aku bisa segera pulih). Sedang,
aku mendapati budaya dan adat keluarga suami tidak demikian, belum lagi
konflik-konflik bermunculan. Di saat, hati ini merasa tersakiti, sendiri dan
merasa “sial” maka di situ dimulai, semua terasa kelam. Mengalami konflik
dengan Ibuku sempat terjadi, aku merasa apapun yang kulakukan untuknya tidak
benar, tidak diterima dan tidak dihargai. Sedang keluarga suami aku rasa sangat
tidak pas saja. Tidak ada kedamaian.
Dalam keadaan seperti itu, aku
masih beraktifitas seperti biasa. Aku bekerja dengan riang, berprestasi dan
sebagainya layaknya orang normal. Tapi, saat sendiri atau sedikit saja kesentil
aku akan merasa hancur dan menangis sesenggukan, menjambak rambut dan benturin
kepala ke tembok, menyedihkan ya? apalagi saat itu usia pernikahan masih sangat
muda dan kami menikah pun tanpa pacaran, bayangkan? Suami aku rasa sangat ga
pengertian.
Namun, lagi-lagi Allah selalu membimbingku dan mungkin memberiku
kesempatan, aku lebih rajin beribadah. Aku menulis bahkan mulai membuat jurnal
syukur. Dan di saat aku mulai bisa mensyukuri apa yang aku miliki, mensyukuri
kehidupanku semua berangsur membaik. Apa yang awalnya hanya terlihat sisi buruk
atau negativenya, saat itu aku mulai bisa melihat sisi positivenya. Aku mulai
bisa memaafkan diriku, orang lain, keadaan dan semua yang telah terjadi. Aku
lebih bahagia. Dan alhamdulilah, aku terus merasa bahagia. Suami, keluargaku
semua baik. Almost perfect, I can say.
Setelah aku mulai bahagia dengan
kehidupan yang aku miliki, berganti, aku mendapati ibuku mengalami depresi dan
ini jauh lebih berat dari yang kualami. Jangan Tanya bagaimana perasanku, aku
rasanya sakit sekali. Ibuku merasa tidak punya teman bercerita, merasa tidak
ada yang peduli dengannya. Padahal menurutnya dia sudah sering mencoba bicara
akan tetapi, kami anak-anaknya, Papa selalu meremehkan apa yang beliau rasakan.
Duh, kalau ingat aku mau nangis. Aku menyesal. Meskipun tidak ada keinginan
meremehkan akan tetapi membuat Bundaku merasa diremehkan itu aku merasa
berdosa.
Oleh karena itu, siapapun kita
kalau ada yang bercerita tentang masalahnya, jangan sekali-kali diremehkan. Dengarkan.
Dan jika bertanya solusi, pikirkan dengan baik. Berikan solusi terbaik, jangan
asal karena kita tidak tahu perasaan diremehkan dan ditolak tersebut bisa
menjadi pemicu seseorang depresi.
Dokter memvonis Bundaku depresi
ringan, akan tetapi sempagt berobat rutin ke ahli syaraf, jantung dan bahkan
disarankan ke psikiater cuman ibuku bilang kalau cuma cerita beliau lebih
nyaman ke aku dan kakakku.
Yang terburuk, Ibuku pernah
menelponku, menangis dan bilang dia merasa capek dengan sakit dia yang ga
sembuh-sembuh. Dia ingin berhenti minum obat dan bunuh diri. Ya, karena ibuku
mengalami depresi ini kurang lebih 6bulanan. Sebenarnya memang ada satu pemicu
dan beberapa factor yang membuat Bundaku ini bisa depresi seperti ini.
Jadi, depresi bisa jadi karena
banyak latar belakang. Kita ga bisa berpikir “kenapa sih orang itu begitu? Kenapa begini?” setiap
orang memiliki masa lalu dan latar belakang yang berbeda-beda. Kalau kita bisa
faham itu kita tidak akan men-judge orang seenaknya. Paling tidak, kita punya
rem sebelum ngomentarin orang.
Bagaimana Bundaku bisa sembuh
dari depresinya? Tentu, peranan penting orang-orang di sekelilingnya sangat
dibutuhkan. Bahkan saat itu aku sempat setiap bulan harus pulang ke Malang
sampai aku ga pegang uang sama sekali juga pernah. Anakku lapar di bandara, kok
untung dia dapat dikasih uang oleh nenek buyutnya 150ribu kalau ga salah, kami
beli bakso pakai uang itu. Hehehe.
Alhamdulillah juga, sakit itu
membawa kami semua lebih dekat dangan sang Khalik. Kami sadar obat terbaik
adalah diri kami sendiri. Caranya? Dengan memperbaiki diri kami dengan terus
mendekatkan diri kepada-NYA. Yang harus kita tahu, bahwasannya depresi ini juga
dapat mengundang penyakit lain. Ya, karena memang cara kerja penyakit seperti
itu. Pikiran sakit badan pun mulai sakit. Please be happy. Life is beautiful.
Untuk yang sedang mengalami apa yang
aku dan Bundaku pernah alami jangan berpikir kalian itu gila. Karena Bundaku
pernah juga bertanya “Apakah aku akan
gila?”. Depresi bukan gila. Itu adalah keadaan sementara karena kita belum
menemukan cara mengatasi kekosongan dan rasa tidak diterima.
No comments:
Post a comment
Hai Sahabat,
Terima kasih sudah berkenan datang dan membaca.
Cheers dan Banyak Cinta dari Bali!!
XoXo