Aku sering banget sharing
pengalamanku masa remaja yang dibully oleh orang-orang terdekatku dan
menyedihkannya, Bundaku yang aku percaya menjadi pelindungku ternyata tidak bisa
memberikan perlindungan karena beliaupun mendapatkan tekanan yang lebih kenceng
dibandingkan apa yang aku dapatkan. Akhirnya? Ya, aku mencari cara bagaimana
mengatasi hal tersebut.
Latar belakang bullying tersebut
mungkin untuk memberikan aku motivasi atau dorongan akan tetapi, pada akhirnya
yang mereka lakukan hanya memberikanku tekanan sampai aku hampir buhun diri
beberapa kali.
Berbekal pengalamanku di masa
itu, aku pun tidak mudah terbawa arus “ikut-ikut” yang sangat fenomenal di
negara kita ini. Karakter masyarakat kita itu memang ikut-ikutan. Satu bilang A
maka yang lain ngeroyok bilang A juga. Begitu pula dengan bullyingnya. Satu
ngebully si A eh ada A – Z sampai turunannya ikut ngebully dengan berbagai
dalih dan latar belakang.
Yang terbaru, bullying terjadi
pada seorang sutradara muda yang digadang-gadang memiliki banyak prestasi.
Belakangan masyarakat menemukan kebenaran tentang sang Sutradara yang
prestasinya di dapat dari peran serta keluarganya. Koneksi, uang edebra,
edebra. Apakah itu salah?
Well, ya…..sepertinya itu gak
salah juga. Di dalam dunia bisnis koneksi itu penting. Baguslah sang sutradara
memiliki koneksi orang-orang penting yang mendukung karir serta bisnisnya ya…..ya,
pasti untuk hal membeli prestasi dengan uang jika benar itu memang tidak
seharusnya dilakukan karena “RASA BANGGA” yang seharusnya memicu semakin
berprestasi jadi tidur atau sebaliknya alih-alih gak mau lagi orang tuanya ikut
campur dalam hal prestasi jadinya Sang Sutradara bekerja keras menghasilkan
karya yang bagus. Who knows? Sayang aku bukan penggemar film-nya.
Menyaksikan bullying terhadap hal
ini, aku tidak bisa membela di tengah-tengah kerumunan yang menghujat karena
hal tersebut hanya akan bisa membuat suasanya makin keruh dan salah-salah aku
kena bully balik. Hal seperti ini sama halnya kalau misal aku bertemu bullying
di lingkunganku. Yang pasti aku akan lebih mendekati korban bullying dan
mengajaknya diskusi serta membuka pikirannya agar memiliki hati luas dalam
menerima bullying yaitu dengan memberikan bukti bahwa bulli-an yang mereka
tuduhkan tidak benar.
Kenapa lebih memilih mendekati
korban? Karena berbicara dengan mereka yang merasa lebih benar dan lebih hebat
itu tidak lebih mudah daripada bicara kepada mereka yang menjadi korban,
apalagi aku sudah melewati masa itu.
Mungkin orang berpikiran, dia kan
emang ga bener pantes dibully. Aku sih lain, kita boleh mengkritik dan
menasehati tapi bully jangan. Karena aku meyakini satu hal bahwasannya setiap
kejadian ada alasannya. Terhadap Bullying prinsipku sih satu "Everyone doesn't deserve feel worthless"
No comments:
Post a comment
Hai Sahabat,
Terima kasih sudah berkenan datang dan membaca.
Cheers dan Banyak Cinta dari Bali!!
XoXo